Makalah tentang kesehatan dan gizi anak usia dini

 

KESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINI (AUD

 

A.    HAKIKAT KESEHATAN DAN GIZI

1.      Kesehatan dan Gizi pada Anak Usia Paud

Kesehatan dan gizi dapat diartikan sebagai suatu hal yang mendatangkan sehat atau kebaikan dengan diberikan zat makanan yang dibutuhkan tubuh. Dalam memberikan makanan bayi ASI merupakan makanan utama, sedang lainnya sebagai makanan pelengkap. Anak usia 1 – 3 tahun sangat rentan terhadap penyakit gizi. Mereka boleh diajari makan sendiri, dengan cara mencicipi makanan yang lunak, tidak pedas dan tidak merangsang. Pemberian makanan manis pada anak usia dini tidak boleh terlalu banyak supaya tidak terjadi karies (gigi berlubang), oleh karena itu anak perlu belajar menggosok gigi. Pada usia 4 – 6 tahun kebutuhan nutrient anak relatif kurang, sebab anak sudah bisa memilih makanan sendiri, untuk itu pengertian tentang nilai tentang gizi boleh diajarkan.

Kesehatan dan gizi anak sangat penting untuk diperhatikan sejak dini mulai dari dalam kandungan. Kesehatan dan gizi itu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang mendapat gizi yang seimbang dan sehat akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Sejak anak masih dalam kandungan kesehatan dan gizi perlu diperhatikan, melalui ibunya. Cara mengusahakannya, antara lain dengan memberikan kebiasaan untuk berdisiplin.

2.      Kesehatan, Gizi dan Pengembangan Potensi Anak

Potensi anak dapat dikembangkan jika anak sehat secara fisik maupun mentalnya. Perawatan kesehatan pada anak usia dini dapat diawali dari pemberian makanan yang sehat dan menjaga kebersihan. Pemberian makanan yang sehat dapat menjaga kesehatan, mendidik anak untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat. Makanan yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan kebutuhan gizi dan kebutuhan anak. Anak yang alergi terhadap makanan tertentu berikan makanan pengganti untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pengembangan potensi anak secara menyeluruh dapat dilakukan melalui stimulasi yang cukup. Stimulasi dini perlu dilakukan sejak bayi lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Rangsangan dilakukan setiap hari pada semua sistem indra, gerak kasar dan halus, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan, serta pikiran bayi dan Balita. Stimulasi sebaiknya dilakukan terus-menerus saat berinteraksi dengan bayi atau Balita dan dilakukan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang

 

 

3.      Macam-macam Zat Makanan

Menurut Sediaoetama (2000) fungsi zat gizi sebagai sumber energi atau tenaga, menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan air, asam basa, dan mineral), serta mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Ada berbagai jenis zat makanan yang dibutuhkan tubuh di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral-mineral.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.     POLA HIDUP SEHAT

1.      Pola Dasar Makanan Sehat

Pola dasar makanan sehat sebaiknya diterapkan sejak nol tahun hingga anak mampu memilih jenis makanan yang sehat. Air susu ibu (ASI) merupakan salah satu jenis makanan sehat. Bayi dapat diberikan susu formula atau bubur halus setelah berusia empat bulan atau diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya, setelah usia 6 bulan dapat diberikan nasi tim. Tim yang diberikan sebaiknya diolah dengan memanfaatkan berbagai jenis makanan. Mulai dari sumber protein hewani dan nabati, sumber karbohidrat, dan berbagai jenis sayuran. Sejak berusia enam bulan sebaiknya bayi mulai diperkenalkan berbagai makanan untuk melatih indra pengecapnya. Dengan diberikan berbagai jenis makanan secara bergantian maka anak akan mengenal berbagai macam rasa makanan. Untuk dapat menentukan makanan yang tepat, orang tua perlu mengetahui kondisi anak. Seorang anak usia TK sedang mengalami masa tumbuh kembang yang amat pesat. Pada masa ini proses perubahan fisik, emosi, dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri maupun lingkungannya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental. Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak. Jika menyusun hidangan untuk anak, perlu diperhatikan kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh kesehatan dan kecerdasan anak.

2.      Tingkat Kesehatan dan Gizi

Kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi makanan. Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Susunan hidangan harus memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya. Konsumsi yang kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan dan gizi yang tidak seimbang sehingga akan muncul berbagai penyakit, di antaranya penyakit gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit metabolik bawaan, dan penyakit keracunan makanan.

Anak Balita pada umumnya merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal makanan.

3.      Masalah Gizi Masyarakat

Masalah gizi sekarang ini berkembang pada masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah yang terjadi konflik maupun daerah yang terkena bencana alam. Penanganan masalah gizi masyarakat sebaiknya dilakukan dengan cepat dan menyeluruh di semua lapisan masyarakat, sebab hal tersebut akan berpengaruh ke dalam kondisi jangka panjang. Gejala klinis gizi kurang adalah akibat ketidakseimbangan yang lama antara manusia dan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini mencakup lingkungan alam, biologis, sosial budaya maupun ekonomi.

Secara nasional ada empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu kurang kalori dan protein (KKP), kekurangan vitamin A, kekurangan garam besi dan anemia gizi, dan gondok endemik. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan tujuan diagnostik, yaitu identifikasi gejala klinis penyakit sebagai dasar usaha penyembuhan (terapi).

Di luar aspek medik, klasifikasi masalah gizi adalah masalah gizi yang diakibatkan oleh kemiskinan, sosial budaya, kurangnya pengetahuan dan pengertian, pengadaan dan distribusi pangan, serta bencana alam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.    KESEHATAN ANAK

1.      Ciri-ciri Anak Sehat

Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif/gesit dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Sedangkan gambaran anak sehat jika dilihat dari tingkat inteligensinya (IQ), menurut Sumadi Suryabrata, 1984 dapat dibagi menjadi 9 kategori sebagai berikut.

a.       Lebih dari 140 : genius

b.      Antara 120-139 : veri superior

c.       Antara 110-119 : superior

d.      Antara 90-109 : normal, rata-rata

e.       Antara 80-89 : sub-normal, bodoh

f.       Antara 70-79 : garis batas

g.      Antara 50-69 : debil (masih dapat dididik dan dilatih)

h.      Antara 30-49 : embecil (tidak dapat dididik)

i.        Kurang dari 30 : idiot (tidak dapat dididik dan dilatih)

Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang. Perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.

2.      Gangguan Kesehatan Anak

Ada beberapa jenis gangguan yang sering terjadi pada anak di antaranya berikut ini.

a.       Makanan kurang atau kelebihan

Kekurangan zat makanan disebut defisiensi dan mengakibatkan tidak sehat bahkan sakit, kelebihan menyebabkan berbagai penyakit. Kekurangan umumnya mencakup protein dan karbohidrat, serta vitamin dan mineral, sedangkan kelebihan umumnya berkaitan dengan konsumsi lemak, protein, dan gula

b.      Gangguan psikis

Beberapa gangguan psikis pada anak adalah gangguan emosi, belajar, sosial, psikiatri, dan khusus.

c.       Gangguan social

Gangguan sosial terjadi karena tidak adanya keseimbangan diri dengan lingkungan di sekitarnya.

d.      Gangguan psikiatri yang timbul akibat faktor psikososial

Beberapa gangguan psikiatri yang dapat terjadi pada anak adalah gangguan dalam hubungan dengan orang tua, gangguan dalam diri anak. Gangguan ini terjadi pada anak yang memiliki kekurangan atau cacat. Gangguan dalam interaksi sosial, seperti anak bergaul dengan keluarga dan orang lain di luar keluarganya. Selain beberapa gangguan yang terjadi pada anak, juga sering muncul beberapa penyakit yang berkaitan dengan kondisi fisiknya. Ada beberapa penyakit anak yang sering menyerang sehingga perlu dicegah. Penyakit anak itu, antara lain cacar air, demam berdarah, polio, mengompol, disentri. Ada beberapa gejala yang timbul pada anak yang sakit di antaranya pilek, suara serak, selera makan berkurang, muntah, kejang, dan nyeri.

3.      Upaya Pemeliharaan Kesehatan Anak

Pengertian kesehatan anak mencakup kesehatan badan atau pribadi dan lingkungan. Ciri anak sehat dapat dilihat dari segi fisik dan tingkah lakunya.Berbagai penyakit dapat diperoleh anak. Masing-masing penyakit memiliki ciri dan akibatnya. Gejala penyakit anak ini perlu diketahui guru agar dapat memantau dan memberikan informasi kepada orang tua dalam rangka membantu orang tua untuk pelayanan kesehatan anak. Guru perlu menjelaskan kepada anak mengenai berbagai pemeliharaan kesehatan, yaitu pemeliharaan kesehatan lingkungan, mata, telinga, kulit, gigi, dan jasmani.

Untuk memudahkan guru dalam pemeliharaan kesehatan anak, dibuat daftar mengenai penyakit, imunisasi, dan kesehatan anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    TUMBUH KEMBANG ANAK

Tanda-tanda, Proses, dan Aspek Tumbuh Kembang Anak Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan menurut Achmad Djaeni Sediaoetama, pertumbuhan adalah bertambahnya materi tubuh, sedangkan perkembangan merupakan kemajuan fungsi atau kapasitas fisiologis badan atau organ badan. Pertumbuhan ditandai dengan berat badan, sedangkan perkembangan ditandai pertambahan kemampuan. Karakteristik pertumbuhan pada anak TK dapat dikelompokkan atas usia 3 – 4 tahun, usia 4 – 5 tahun, 5 – 6 tahun, yang mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak. Perkembangan adalah bertambah besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda lain pada rambut, gigi-geligi, otot, kulit serta jaringan lemak, darah. Dalam kehidupan sehari-hari pengukuran pertumbuhan adalah berat badan, tinggi (panjang) badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan atas, dan lipatan kulit.

Ada empat aspek tumbuh kembang yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak, yaitu perkembangan kemampuan gerak dasar, perkembangan gerak halus, perkembangan kemampuan bicara, dan perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri. Perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya.

Proses pertumbuhan yang ditandai oleh semakin besarnya ukuran tubuh (berat, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas) dan proses perkembangan yang ditandai oleh semakin bertambahnya kemampuan anak (koordinasi gerakan, bicara, kecerdasan, dan pengendalian perasaan interaksi dengan orang lain). Ada beberapa alat untuk melakukan deteksi dini, yaitu tes skrining yang telah distandarisasi untuk menjaring anak yang mempunyai kelainan dari mereka yang normal, seperti berat badan menurut tinggi, pengukuran lingkar kepala anak, kuesioner pra-skrining perkembangan, kuesioner perilaku anak pra-sekolah, tes daya lihat dan tes kesehatan mata bagi anak pra-sekolah, serta tes daya dengar anak. Ada tiga hal yang dapat dilakukan pihak sekolah dalam memantau tumbuh kembang anak, yaitu pemantauan pertumbuhan anak, pemantauan perkembangan anak, dan pembinaan perkembangan anak.

-          Permasalahan Tumbuh Kembang Anak

Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Faktor luar, yaitu faktor-faktor yang ada di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak. Faktor luar tersebut di antaranya keluarga, gizi, budaya, serta teman bermain dan sekolah.

Masalah tumbuh kembang anak sendiri dapat diklasifikasikan menjadi gangguan fisik dan gangguan psikiatrik. Gangguan psikiatrik terdiri dari retardasi mental (kondisi ini ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untuk memusatkan perhatiannya yang timbul pada lebih dari satu situasi), gangguan tingkah laku (pada anak yang mengalami gangguan ini sering kali dikatakan sebagai anak nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolos dan berperilaku antisosial), gangguan depresi, masalah kesulitan belajar (gangguan perkembangan wicara dan berbahasa, gangguan kemampuan akademik, gangguan menulis ekspresif, dan gangguan berhitung).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH SEJARAH PERJUANGAN DAN JATIDIRI PGRI

KERANGKA PROPOSAL Metode Penelitian Pendidikan SD (PGSD)